Ramadan Day 5
Cerita Tentang : Minim sampah &
Limbah B3 Medis Infeksius di RT (Rumah Tangga)
Hari ini terdapat 2 tema penting,
2 buah diskusi yang sama-sama penting dan ingin aku ikuti. Pertama adalah
Permaslahan sampah rumah tangga dan Sampah B3 Medis di masa Pandemi Covid 19 dari
IATL ITB dan yang kedua adalah webinar bareng mba @dkwhardani tentang minim
sampah di masa pandemic.
Yang satu di live streaming Yutub
dan yang satu lagi di zoom meeting. Hidup memang pilihan. Dan bagiku semua
pilihan mungkin untuk dilakukan. Entah kenapa bagiku semua sesuatu terlihat
mungkin wkwk. Sehingga yang satu buka di laptop yang satu di hp. Pada akhirnya
multitasking pada 2 kerjaan yang butuh focus yang sama itu tidak bisa guys.
Satunya pasti bakan tertinggal. Butuh banyak energi bagi otak mengolah
informasi yang didengar dan dilihat apalagi bersamaan. Melelahkan. Maka
jadilah, saya memilih minim sampah karna terlihat lebih usefull dan practice bisa langsung diterapkan. Selain bosan juga melihat B3 medis dengan peratuan
dan berbagai permasalahan yang lebih complicated.
Ada beberapa hal yang ingin aku
sampaikan pada poin yang aku dapat:
- Ubahlah terminology sampah dengan menyebutnya sebagai sisa konsumsi : Karna sisa konsumsi membuat kita lebih bertanggung jawab dengan apa yang kita hasilkan sendiri.
- Lakukan
3 Ah (Cegah, Pilah, Olah)-Cegah, seperti belanja dengan wadah sendiri, bawa kantong belanja yang re-usable da nada tips menarik. Saat Ramadan kita pasti akan menyiapka menu berbuka dan sahur, maka disarankan untuk melist menu yang akan dibuat selama seminggu misalnya. Maka belanja lah sesuai apa yang di list dan menyiapka tempat dan wadahnya sendiri, missal beli ikan, ayam langsung pakai wadah sendiri tak perlu masuk kresek lagi. Kalau beli ikan pasti gak cukup 1 kresek, paling sedikit 3 biar aman, nah dengan membawa wadah sendiri kita bisa hemat 3 plastik. Tidak mubazir.-Pilah, artinya alau setelah kita berusaha untuk tidak menghasilkan sampah tapi masih ada juga terbawa plastik kresek misalnya, maka pilah lah sampah yg ada sesuai wadahnya. Kalau mba @dkwardhani membaginya seperti ini. Beri label setiap tempat agar mudah memisahkannya, dan bisa kok dari kardus saja. Tak perlu tong sampah baru.-Olah, setelah di pilah bisa kita lakukan yang terakhir yaitu diolah, yang organic sisa dapur bisa dibuat jadi kompos, dan sisa anorganik bisa dibuat ecobrick. Dan satu lagi minyak sisa penggorengan, atau minyak jelantah jangan dibuang, dikumpulkan dalam botolplastik, itu bisa dibuat jadi sabun ramli (ramah lingkungan).
Dampaknya kalau di rumah tangga masih tercampur
dengan sampah lainnya adalah virus itu bisa menyebar dengan cepat. Yang paling
terdampak nantinya adalah petugas kebersihan yang paling beresiko kalau
sampah tersebut benar mengandung virus yang artinya sudah termasuk limbah medis
infeksius tidak boleh dibuang ke TPA. Cara penanganannya tentu berbeda dengan limbah rumah
tangga pada umumnya. Limbah infeksius ini harus dipilah di sumber dan dikumpulkan ke pihak yg bertanngung jawab, dan pemerintah sekarang sedang
mengupayakan drop box atau container khusus untuk menampung limbah B3 medis
dari rumah tangga.
Selama ada niat bisa dilakukan,
dan mari focus pada apa solusi yang bisa dilakukan bukan sibuk mempertanyakan
masalah dan saling memperdebatkan. Ramadan kali ini berbeda tapi tetap sama, tetap istimewa. Perhatikan sisa konsumsi kita dan upayakan saling mengingatkan utamanya untuk sampah infeksius di rumah harus dipisah ya teruntuk yang ODP. Semoga dimanapun berada aku dan kamu selalu diberi kesehatan dan penjagaan terbaikNya.
~Selasa 28 April 2020
#menulisbukubareng #siapberkarya
#MBB5 #tantanganminggu1 #DW4
Comments
Post a Comment